BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Citra radiografi merupakan hal penting dalam menunjang
praktek Kedokteran radiografi sehari-hari. Setiap radiologist (dokter
spesialist radiologi) pasti menginginkan gambar radiografi atau foto rontgen dengan
kualitas yang semaksimal mungkin dalam rangka menegakkan diagnosis, membuat
rencana perawatan, dan menilai keberhasilan perawatan yang telah dilakukan
terhadap pasiennya.
Sebagai tenaga paramedis, seorang radiografer hendaknya dapat
menyajikan gambar radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, terutama
saat pelayanan di rumah sakit - rumah sakit, atau laboratorium klinik swasta
yang sudah banyak tersebar di masyarakat.
Radiografer sebagai seorang mitra kerja seorang radiologist (dokter spesialist
radiologi) harus dapat memberikan hasil kerja yang maksimal kepada mitranya
tersebut. Untuk menjaga kualitas kerja, radiografer sebagai mitra kerja seorang
radiologist (dokter spesialis radiologi) harus dapat memberikan gambar
radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, baik detail mutu maupun
karakteristik gambar radiografi (meliputi detail daripada citra radiografi
tersebut). Apabila citra radiografi yang dihasilkan terlalu rendah, dapat
menyebabkan tingkat diagnostik yang rendah pula, dan apabila kualitas diagnosa
yang dihasilkan rendah, pasti akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan tahap
perawatan berikutnya terkait kasus yang dialami pasien.
Secara umum, salah satu faktor penentu tingginya kualitas gambar radiografi
(citra radiografi) yang dihasilkan adalah keahlian dan pengalaman seorang
radiografer dalam melakukan pemeriksaan radiografi serta kualitas dari equipment atau
perlengkapan pemeriksaan radiografi. Sebagai SDM paramedik yang berkualitas,
seorang radiografer sebaiknya memperhatikan faktor penyebab perubahan bentuk
yang terjadi pada citra radiografi.
1.2 Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
uraian di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
- Bagaimana
kriteria citra radiografi yang baik, sehingga tidak terjadi
perubahan bentuk pada gambar radiografi.
- Faktor apa
saja yang menyebabkan perubahan bentuk yang terjadi pada citra radiografi.
1.3. Tujuan
Dilihat dari
latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan penulisan
makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1.
Tujuan Umum
- Menggambarkan
kriteria gambar radiografi yang baik di dalam pemeriksaan radiografi.
- Untuk
menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan perubahan bentuk yang terjadi
pada gambar radiografi.
- Mahasiswa
dapat mengamalkan cara-cara untuk mendapatkan hasil gambaran radiograf
yang baik pada saat nantinya mahasiswa terjun di dunia kerja.
1.3.2.
Tujuan Khusus
- Mengetahui
prinsip-prinsip dasar di dalam menghasilkan citra radiografi yang baik di
dalam tujuannya untuk menegakan diagnosa.
- Memberikan
pengetahuan tentang faktor penyebab perubahan bentuk gambar
radiografi.
- Mahasiswa
dapat mengevaluasi citra radiografi yang dihasilkan dalam pemeriksaan
radiografi, khususnya sinar-X dan mengetahui cara mengatasi
masalah-masalah yang terjadi.
1.4.
Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian ini adalah :
Memberikan gambaran mengenai citra
radiografi yang baik dan benar dalam pemeriksaan radiografi.
Memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang
acapkali mengakibatkan perubahan benuk pada citra radiografi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Sinar-X
Salah satu momen penting dalam pemakain citra untuk membantu
diagnosa medis adalah penemuan sinar-X pada tanggal 8 November 1895 oleh
Wilhelm Conrad Rontgen. Sinar-X dihasilkan dari tumbukan elektron berenergi
tinggi pada inti atom berat. Kemampuan dari sinar-X menembus benda disebabkan
oleh dua hal. Yang pertama adalah karena panjang gelombang sinar ini sangat
kecil dan yang kedua karena sinar-X adalah gelombang elektromagnetik yang
berinteraksi lemah dengan benda pada umumnya.
Kurang lebih satu bulan setelah penemuan sinar-X ini,
yaitu pada tanggal 22 Desember 1895. foto sinar-X pertama berhasil diambil.
Foto ini, yang merupakan radiograf dari tangan istri Rontgen, diambil dengan
waktu penyinaran sekitar 57 menit. Tentu saja waktu itu belum disadari adanya
bahaya radiasi. Tahun berikutnya, pada 1896, berhasil diperoleh radiograf dari
kepala. Sekitar 6 tahun setelah penemuannya,
W.R. Rontgen mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang Fisika.
Sinar-X
tidak hanya dipakai dalam dunia kedokteran. Kemampuan menembus benda dan
panjang gelombang yang sesuai, membuat sinar ini dapat dimanfaatkan untuk
penelitian di bidang Fisika zat padat untuk melihat susunan atom dalam kirstal
atau bahan lain. Dengan ditemukannya kamera CCD (Charged Coupled Device),
peralatan sinar-X dijital mulai dikembangkan. Saat ini sudah banyak rumah sakit
yang memiliki sinar-X dijital ini.
2.1.2. Cara Kerja X-Ray
Kebanyakan diagram tabung sinar-x
memperlihatkan sinar-x sebagai bentukan pola segitiga yang teratur seperti yang
dihasilkan pada tititk fokus. Hal ini memberikan tujuan yang baik dalam hal
penekanan tentang kerja radiasi sinar-x diluar tabung. Tetapi radiasi sebenarnya
tidak seperti itu. Sebenarnya, sinar-x itu seperti cahaya tampak yang dalam
penyebarannya dari sumber melalui suatu garis lurus yang menyebar ke segala
arah kecuali dihentikan oleh bahan penyerap sinar-x. Karena alasan tersebut
maka tabung sinar-x ditutup dalam satu rumah tabung logam yang mampu
menghentikan sebagian besar radiasi sinar-x, hanya sinar-x yang berguna yang
dibiarkan keluar dari tabung melalui sebuah jendela/window. Sinar-x
yang berguna tadi disebut sebagai berkas primer.Berkas sinar yang terletak
pada tengah garisnya ini disebut central ray.
Diperlukan
pembangkitan tegangan yang tinggi di dalam tabung sinar-x agar dapat dihasilkan
berkas sinar-x. Rangkaian listriknya dirancang sedemikian rupa sehingga kV-nya
dapat diubah dalam rentang yang besar -biasanya 30 kV sampai 100 kV- atau
lebih. Bila kV yang lebih rendah digunakan, maka sinar-x memiliki panjang
gelombang yang lebih panjang dan lebih mudah diserap sehingga disebut
sebagai soft x-ray. Harus dipahami bahwa berkas sinar-x itu terdiri
dari sinar dengan panjang gelombang yang berbeda. Radiasi yang dihasilkan pada
rentang kV yang lebih tinggi akan memiliki energi yang lebih besar dan panjang
gelombang yang lebih pendek.
Gb.
2.2. Skema Tabung Sinar-X
2.1.3. Pembentukan Gambar Radiografi
Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa
sinar-x dapat menembus bahan. Tetapi hanya yang benar-benar sinar-x saja yang
mampu menembus objek yang dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap.
Sinar-x yang menembus itulah yang mampu membentuk gambaran atau bayangan.
Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan tergantung tiga faktor:
- Panjang
gelombang sinar-X.
- Susunan
objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
- Ketebalan dan kerapatan objek.
Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai
dan menembus obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x
(seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) meneruskan banyak sinar x sehingga
film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x (seperti
tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya tidak ada
atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang
sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya
energi yang menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan
ketebalan. Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radio-lucen yang
menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x
disebut Radio-opaque sehingga film berwarna putih. Telah
diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah
akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang
sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-x mudah
untuk menembus bahan (lihat pembahasan tentang pengaruh kilovolt).
Bagaimana susunan objek ketika terjadi penyerapan
sinar-x? Hal ini tergantung dari nomor atom
unsur tersebut. Sebagai contoh satu lempeng aluminium yang mempunyai nomor atom
lebih rendah dibanding tembaga, mempunyai jumlah daya serap lebih rendah
terhadap sinar-x dibanding satu lempeng tembaga pada berat dan daerah yang
sama. Timah hitam (nomor atomnya lebih besar) adalah penyerap terbaik sinar-x.
Karena alasan inilah ia digunakan pada wadah tabung yang juga bertujuan untuk
proteksi, contoh yang lainnya adalah dinding ruangan sinar-x dan pada sarung
tangan khusus serta apron yang digunakan selama proses
fluoroskopi.
Hubungan
antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan adalah sederhana yaitu unsur yang
mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak dibanding
lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama. Kerapatan/kepadatan suatu unsur
yang sama akan juga mempunyai kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap
sinar-x lebih banyak dibanding 2,5 cm es karena berat timbangan es akan
berkurang 2,5 cm per kubik disbanding air.
Mengingat
pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-x, satu hal yang harus dipahami
bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks yang tidak hanya mempunyai
perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur
pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x.
Yaitu, tulang lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging; dan
otot/daging lebih banyak menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi
pada struktur organ yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-x
dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur pasien
juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulang-tulang
sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-x dibanding
tulang-tulang di usia yang lebih muda.
Hubungan
diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda gambarannya didefinisikan
sebagai kontras subjek. Kontras subjek tergantung pada sifat
subjek, kualitas radiasi yang digunakan, intensitas dan penyebaran radiasi
hambur, tetapi tidak tergantung terhadap waktu, mA, jarak dan jenis film yang
digunakan.
2.1.4. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Gambaran Radiografi
1. Pengaruh Milliampere (mA)
Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-x, dan
penurunan mA akan mengurangi intensitas. Sehingga semua intensitas sinar-x
atau derajat terang/brightness akan bertambah sesuai dengan
peningkatan intensitas radiasi sinar-x di titik fokus. Oleh sebab itu, derajat terang dapat diatur dengan mengubah
mA. Perlu juga dipahami bahwa intensitas sinar-x yang bervariasi akan terus
membawa hubungan yang sama antara satu dengan yang lainnya.
2. Pengaruh Jarak
Dalam proses pemotretan sinar x, terdapat pengaturan
jarak pemotretan yang meliputi :
·
jarak antara fokus-film (Focus Film Distance
disingkat FFD), disebut jugaSID (Source to Image Reseptor Distance)
·
jarak antara film-objek (Film Object Distance
disingkat FOD)
·
Jarak antara obyek-fokus (Object Focus Distance),
disebu juga SSD (Source to Skin Distance)
Sekali lagi, intensitas sinar-x dari suatu pola bisa diatur menjadi sama
dengan cara merubah semua hal, bukan dalam hal-hal yang menyangkut kelistrikan,
tapi dengan menggerakkan tabung mendekati atau menjauhi objek. Dengan kata
lain, jarak tabung ke objek mempengaruhi intensitas gambaran.
Hal ini dapat dibuktikan dengan demontrasi yang sederhana. Tanpa penerangan lain dalam ruangan, pindahkan lampu yang menyala mendekati kertas bercetak. Anda akan melihat bahwa semakin dekat cahaya ke buku, makin terang halaman itu terkena cahaya. Hal yang sama juga berlaku pada sinar-x, pada saat jarak objek ke sumber radiasi dikurangi, intensitas sinar-x pada objek meningkat; pada saat jaraknya ditambah intensitas radiasi pada objek berkurang. Semua ini merupakan kesimpulan dari faktor bahwa sinar-x dan cahaya merambat dalam pancaran garis lurus yang melebar.
Hal ini dapat dibuktikan dengan demontrasi yang sederhana. Tanpa penerangan lain dalam ruangan, pindahkan lampu yang menyala mendekati kertas bercetak. Anda akan melihat bahwa semakin dekat cahaya ke buku, makin terang halaman itu terkena cahaya. Hal yang sama juga berlaku pada sinar-x, pada saat jarak objek ke sumber radiasi dikurangi, intensitas sinar-x pada objek meningkat; pada saat jaraknya ditambah intensitas radiasi pada objek berkurang. Semua ini merupakan kesimpulan dari faktor bahwa sinar-x dan cahaya merambat dalam pancaran garis lurus yang melebar.
Perubahan jarak hampir sama dengan perubahan mA dalam hal
efeknya terhadap semua intensitas gambaran. Terhadap banyaknya perubahan
intensitas gambaran keseluruhan bila mA atau jarak diubah adalah merupakan
suatu kaidah hitungan aritmetika sederhana.
3. Pengaruh Kilovolt (kV)
Perubahan kV menyebabkan beberapa pengaruh. Pertama, perubahan kV
menghasilkan perubahan pada daya tembus sinar-x dan juga total intensitas
berkas sinar-x akan berubah. Hal ini terjadi dengan tanpa perubahan pada arus
tabung.
Kesimpulan
Intensitas keseluruhan dari satu gambaran dipengaruhi oleh tiga faktor, mA,
jarak dan kV. Bila mA atau jarak digunakan sebagai faktor pengontrol intensitas
maka perubahan kontras subyek (bahan) tidak terjadi. Tetapi bila kV digunakan
sebagai faktor pengontrol intensitas maka terjadinya perubahan kontras subyek
selalu muncul dalam hubungannya dengan perubahan intensitas.
2.2. Pencitraan Biomedik
Definisi Umum Pencitraan
Suatu citra (image) adalah suatu larik bilangan
(array of numbers) dimensi dua (2D) atau lebih. Secara konseptual, citra f bisa
dianggap sebagai suatu fungsi riil yang terdefinisi pada domain riil juga.
Jadi,untuk kasus dua dimensi, citra bisa dituliskan sebagai f: (x,y)→ R; dimana
x,y∈R dengan R himpunan bilangan
riil, sehingga citra tersebut bisa dinyatakan sebagai f(x,y).
Pada
umumnya pengolahan citra berhubungan dengan citra-citra dijital. Dalam hal ini,
citra f(x,y) dicuplik (sampled) secara diskrit pada kisi seragam (uniform
grid/lattice) dan kemudian dikuantisasi. Maka akan diperoleh suatu citra baru
yaitu f:(m,n)→I, dengan
m,n ∈I; dimana I adalah himpunan
bilangan bulat (integer). Namun demikian, secara umum sistem pengolahan citra
mengandaikankan citra asal bernilai riil dan menghasilkan bilangan riil juga
(meskipun secara teknis pada akhirnya citra ini didijitasi sebelum disimpan
atau dikirimkan). Oleh karena itu, selanjutnya dianggap citra adalah diskrit
dan bernilai riil f(m,n).
Gb.2.3. Interaksi gelombang-object dalam suatu
pencitraan
Ada sedikitnya dua macam
“citra” yang dimensinya lebih tinggi dari dua. Yang pertama adalah citra f(m, n; t) dimana t ∈I adalah
waktu diskrit, yaitu suatu deretan citra dalam urutan waktu. Deretan citra ini
disebut juga sebagai video dan bukan merupakan pokok bahasan dalam makalah ini.
Jenis yang kedua adalah citra
f(m,n,k) dimana
m,n,k∈I koordinat spasial. Citra
demikian sering ditemui dalam dunia kedokteran, yaitu citra irisan (slice)
hasil pencitraan dengan peralatan CT
(Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance
Imaging). Bahkan,
pada peralatan CT atau MRI yang berkecepatan tinggi, citra akan berupa suatu
urutan irisan citra dalam waktu f(m,n,k;t) yang juga sering disebut sebagai
citra 4D.
Dari sudut pandang
pencitraan, citra (image) adalah rekaman hasil interaksi antara gelombang
dengan benda (object), yang memberikan (sebagian) gambaran atau informasi dari
benda tersebut (Gambar 1). Proses pembentukan citra dengan
merekam hasil interaksi inilah yang disebut sebagai proses pencitraan
(imaging). Dengan demikian ada 3 (tiga) komponen utama dalam pencitraan, yaitu
1. Gelombang pengindera (sensing waves)
2. Benda (object)
3. Alat pengindera (sensor)
2.3. Citra Radiografi
Telah
diketahui bahwa terbentuknya citra radiografi adalah disebabkan oleh sinar-x
yang setelah melalui objek tiba pada film dan merubah susunan kristal perak
halide menjadi butir perak berwarna hitam. Aksi sinar-x (kombinasi sinar-x
dengan layar pendar) dan cahaya sangat dilipatgandakan oleh cairan pembangkit,
tahap processing selanjutnya membuat citra menjadi permanen dan dapat diamati
di depan viewer.
Tujuan
membuat citra adalah agar citra dapat dilihat dengan jelas, untuk itu citra
harus memiliki bentuk yang tegas diiringi oleh adanya kontras radiografi yang
cukup. Kontras radiografi adalah perbedaan terang diantara berbagai bagian
citra, bagaimana sesuai dengan perbedaan daya serap bagian tubuh terhadap
sinar-x. Struktur dari objek tidak akan terlihat, bila nilai kontras
disekitarnya tidak cukup. Ada tiga hal dari citra radiografi yang perlu
dibedakan, yaitu :
1. Bentuk
jelas / tegas
2. Detail / definition,
menunjukan bagian kecil dari objek dapat dilihat (ketajaman)
3. Kontras
radiografi, menunjukan perbedaan terang (hitam/putih)
4. Distorsi, perubahan
bentuk dan ukuran pada citra radiografi
2.3.1. Ketajaman Citra Radiografi
Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang
diperoleh sebagai akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada
tembok bila melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk
citra radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat
pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh
pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal, seperti
:
1.
Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan
citra (misal : ukuran, jarak)
2.
Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan
alat
3.
Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan perekam
citra.
oLayar Pendar terdiri dari kristal fosfor yang bila
terkena sinar-x akan memendarkan cahaya, ini menimbulkan ketidaktajaman bentuk
o Efek Parallax pengamatan dari jarak tertentu dengan
sudut yang berbeda
oEmulsi film ”iradiation”, yakni menyebar/melebarnya cahaya yang
tiba pada film, menyebabkan ketidaktajaman bentuk citra
Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail
dari struktur yang dapat terlihat pada citra radiografi. Karena itu, semu
faktor mengatur kontras (perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman.
Faktor ini bersifat obyektif karena dapat diukur. Ketajaman dapatr juga
dipengaruhi oleh faktor yang tidak obyektif yang disebut faktor subyektif,
sangat bervariasi tidak dapat diukur, termasuk hal yang berada di luar.
Citra seperti kondisi dari “viewer” boleh dikatakan bahwa ketajaman yang
dimaksud adalah kualitas visual yang lebih bersifat subyektif.
2.3.1.1. Faktor yang Mempengaruhi Ketajaman
a) Faktor Citra Radiografi, meliputi :
- Ketajaman
dan kontras obyektif
- Tingakat
eksposi
Bila
citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda densitas masih dapat diamati,
walau tingkat densitasnya sedikit (ketajaman baik walau dengan kontras yang
sangat rendah). Jika citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi,
struktur masih dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas
(ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak optimal).
Pada
praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada x-foto abdomen untuk
melihat struktur dari janin, terlihat adanya perbedaan densitas yang kecil,
namun bentuk janin terlihat jelas. Juga pada x-foto abdomen anak kecil tertelan
uang logam terlihat adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam
masih terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang logam bergerak). Dengan
demikian, batas yang tegas dari citra radiografi tidak hanya tergantung oleh
ketajaman/kontras tetapi dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah
kontras yang terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka
densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi “kontras obyektif”
(overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena perbedaan melewatkan
cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap ada dan dapat diukur. Karena densitas
yang demikian besar, mata sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi
cahaya dari viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa mengatakan
bahwa kontras visual berkurang karena overexposure, jadi kontras visual ini
bersifat subyektif tidak dapat diukur. Pada underex posure dimana densitasnya
sangat minim menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang.
b) Faktor
Viewer/Illuiminator (alat baca x-foto)
Hubungannya
terhadap detail (devinition) adalah dengan contras subyektif faktor viewer
dapat dilihat dari segi:
- Yang
berhubungan dengan kualitas penerangan
- Yang
berhubungan dengan penglihatan pemirsa
- Penerangan
Penerangan lampu viewer dapat dengan
berbagai warna, intensitas, dan homogenitas; diluminator yang moderen denfgan
dilengkapi dengan beberapa lampu TL yang memancarkan cahaya biru cerah dan
homogen, dapat meningkatkan nilai kontras “kontras-fisual”. X-foto yang
overexposure dengan menaikan intensitas penerangan illuminator akan
meningkatkan kontras subyektif, sedangkan yang underexposure intensitas
cahaya diturunkan hingga kontras visual dapat tercapai. Pada umumnya viewer
dilengkapi dengan alat pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra
radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya ruangan redup
(watt rendah) sehingga cahaya yang keluar dari viewer dapat diamati dengan
baik.
- Penglihatan Pemirsa
Kontras citra radiografi oleh mata
kelihatnaya dipengartuhi oleh tingkat penerangan yang diadaptasi, dan oleh
silaunya cahaya viewer. Mata yang beradaptasi dengan cahaya terang tidak dapat
mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan detail. Juga bila viewer
dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan cahaya yang menyilaukan, menyebabkan
kegagalan untuk melihat detail struktur. Untuk mencegah cahaya yang
menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma yang dapat membatasi
luas penerangan. Spot light yang berada di luar viewer gunanya untuk mengamati
bagian tertentu dari film yang densitasnya gelap.
2.3.2. Kontras Radiografi
Kontras radiografi memiliki unsur
yang berbeda :
- Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh
bagian citra yang dapat dilihat & dinyatakan dengan angka. Adapun
penyebabnya :
o Faktor radiasi
- Kualitas sinar primer
- Sinar hambur / scatter
o Faktor film
o Faktor processing
- Jenis & susunan bahan pembangkit
- Waktu & suhu pembangkitkan
- Lemahnya cairan pembangkit
- Agitasi film
- Reducer
- Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara
bagian film, jadi tidak dapat diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat
2.3.3. Distorsi Citra Radiografi
Merupakan
perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk serta hubungan
dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh bila
garis tentgah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang
tegak lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray
foto gigi, bila hal ini terjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat bertumpuk
satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
2.4. Ukuran Citra Radiografi
Karena
sinar-x yang memencar dari focus sifatnya divergen mengaklibatkan ukuran
citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari ukuran sebenarnya.
Adapun pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak focus-film (FFD),
film-objek (FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak lurus dengan
pusat sinar-x.
Menghitung
besarnya pembesaran
:
Ukuran
sebenarnya :
|
ukuran
citra x jarak focus-struktur
|
jarak
focus-film
|
2.4.1. Detil dan Ukuran Obyek
Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam
ukuran. Semakin kecil ukuran obyek maka
semakin detil gambar anatomi yang harus didapatkan.
Sebagai
contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan dapat diamati (tidak
mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek diperkecil, maka detil yang
dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami kekaburan). Jadi ketika tidak
terjadi kekaburan maka baik obyek yang besar maupun yang kecil dapat kita
amati. Sekarang bagaimana kalau obyek tersebut kita kaburkan?
Kekaburan
mempunyai batas untuk mampu dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga
kekaburan itu mengakibatkan keterbatasan penglihatan detil gambar.
Ada
tiga pengaruh dari kekaburan, yaitu:
- Kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk
memperlihatkan detil anatomi obyek. Padahal hal tersebut sangat penting
dalam penggambaran citra medik.
- Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness)
struktur dan obyek citra medik. Sehingga ketidaktajaman (unsharpness)
sering digunakan sebagai pengganti istilah kekaburan (blurring).
Kekaburan menurunkan karakteristik
citra medik yang disebut resolusi bagian (spatial resolution). Resolusi adalah
pengaruh dari kekaburan yang dapat diukur dengan mudah dan digunakan untuk
mengevaluasi dan menentukan karakteristik kekaburan dari system dan komponen
citra medik. Resolusi digambarkan sebagai banyaknya jumlah pasang garis (LP) yang
tampak dalam setiap satuan mm. Menaikkan nilai LP/mm biasanya berhubungan dengan
menaikkan detil citra medik. Oleh
sebab itu resolusi bagian yang tinggi (baik) menandakan kenampakan (visibility)
detil anatomi yang akurat.
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL
3.1. Mutu dan
Karakteristik Citra Medik
Kita sadari
bahwa saat ini citra medik telah diakui sebagai cara untuk dapat mengetahui
bagian dalam dari tubuh manusia. Citra tersebut bisa dihasilkan dengan berbagai cara
dan modalitas pencitraan medik. Baik menggunakan radiasi pengion atau non
pengion. Cita-cita orang terdahulu untuk dapat mengamati organ tubuh manusia
bagian dalam tanpa harus membedahnya dapat terkabul dan sekarang terus
berkembang. Namun yang harus diperhatikan dalam pembuatan citra medik adalah
mutu dan detil, sehingga ia memang benar-benar berguna untuk penegakan
diagnosis.
Mutu citra (image quality) yang dihasilkan mencakup
semua faktor yang mampu memperlihatkan struktur tubuh bagian dalam manusia
secara jelas dan tepat. Karena, tujuan umum dari kebanyakan prosedur pencitraan
adalah hal tersebut ditambah lagi bila terdapat kelainan anatomi.
Untuk itu perlu diperhatikan lima faktor yang menjadi
penentu dalam jaminan mutu citra radiografi. Sehingga mutu citra dan kenampakan
struktur anatomi bagian dalam dapat di perlihatkan dengan jelas. Faktor tersebut adalah:
- Sensitifitas kontras (contrast sensitivity).
- Kekaburan (blurring).
- Kejernihan tampak (visual noise).
- Bercak (artefak).
- Detil bagian (spatial/geometric) characteristic.
Umumnya
faktor yang berpengaruh terhadap mutu citra pada berbagai macam metode akan
mempunyai pengaruh langsung terhadap kepada satu atau lebih dari faktor di
atas. Diperlukan pemahaman tambahan untuk dapat menjadikan pengaturan dan
penjagaan mutu citra radiografi dapat tercapai. Pemahaman tersebut adalah :
- Batasan
dari kenampakan citra radiografi.
- Evaluasi
dari mutu citra radiografi.
- Pengaturan
dan penatalaksanaan pada teknik radiografi dengan tujuan khusus.
Gb. 3.1. Kriteria gambar medik sesungguhnya
Sama seperti kualitas foto pada umumnya
Batasan dari kenampakan citra radiografi. Hal pertama
yang menentukan karakteristik dan mutu citra radiografi adalah metode
pencitraan dan teknologi yang dipakai untuk menghasilkan citra radiografi.Untuk pencitraan medik terdapat banyak pilihan:
- Radiografi (termasuk Mamografi).
- Fluoroskopi.
- CT-Scanning.
- US-Imaging.
- MR-Imaging.
- Kedokteran Nuklir (Planar scan, SPECT, PET).
Masing-masing dari modalitas
tersebut akan mempengaruhi bagaimana citra radiografi dihasilkan. Oleh sebab
itu menjadi amat penting bagi radiographer dalam memilih modalitas radiografi
yang dipakai untuk mendapatkan citra radiografi. Sebagai contoh modalitas
CT-Scanning, ketika dipakai untuk mendapatkan citra radiografi. Untuk mendapatkan citra yang optimal maka diperlukan
pengaturan banyak faktor. Oleh sebab itu timbul pertanyaan, bila citra
radiografi yang dihasilkan dapat optimal lalu mengapa kita harus mengatur-atur
parameter yang kita buat? Hal itu disebabkan dalam bidang medis untuk
menghasilkan citra radiografi yang optimal ada banyak faktor yang harus
ditukartempatkan dan diperhatikan. Dan masing-masing keluhan suatu penyakit
mempunyai karakteristik citra radiografi yang berbeda. Disinilah
peran ilmu radiografi dari para radiographer diuji dan diaktualisasikan.
3.2. Distorsi Citra
& Distorsi pada Radiografi
Citra yang dihasilkan tidak selalu
menampakkan karakteristik geometric dan spasial yang sebenarnya dari bagian
tubuh. Karakteristik struktur anatomi dan obyek yang dapat diubah bentuknya
meliputi:
- Perubahan ukuran (relative).
- Misalnya : elongation (pertambahan
panjang), dsb.
- Perubahan bentuk.
- Perubahan
letak di dalam tubuh.
Pada radiografi, kebanyakan distorsi
dihasilkan dari variasi magnifikasi obyek yang berlainan tempat dan arah dari
obyek tersebut terhadap berkas sinar-x.
3.2.1.
Penyebab Distorsi pada Radiografi
Seperti yang telah diuraikan
sebelumnya bahwa ukuran relative dan posisi dari obyek mengalami distorsi oleh
karena :
- metode
proyeksi pencitraan medik yang biasa digunakan pada prosedur radiografi
dan floroskopi.
- variasi
magnifikasi (pembesaran) obyek yang berlainan tempat dan arah dari obyek
tersebut terhadap berkas sinar-x.
- jarak antara garis tengah struktur sejajar film yang tidak tegak lurus dengan pusat sinar-x (Central
Ray/CR).
- disebabkan oleh jarak focus-film (FFD),
film-objek (FOD).
o Semakin dekat
jarak film dengan obyek (FOD) semakin kecil bayangan penumbra yang terbentuk
pada film, semakin besar jarak film dengan obyek maka semakin besar bayangan
penumbra yang terbentuk pada film.
o Semakin tinggi
jarak fokus dengan film (FFD) semakin kecil bayangan penumbra yang terbentuk
pada film, begitu juga sebaliknya.
3.2.2.
Magnifikasi Geometri pada Radiografi
Magnifikasi
(pembesaran) obyek ditentukan oleh perbandingan jarak. Jarak dari focal spot ke
reseptor (FFD) yang sepanjang 150 cm biasanya digunakan untuk pemeriksaan
thorax agar menghasilkan magnifikasi yang sedikit dan juga untuk menghindari
terjadinnya distorsi.
3.2.3.
Cara Untuk Mengurangi Distorsi
Ada beberapa
langkah yang dapat ditempuh untuk mengurani efek daripada distorsi ini, antara
lain :
- Meminimalkan jarak film-obyek / FOD berarti mengurangi
resiko ketidaktajaman dan mengurangi perbesaran citra/bayangan yang
dibentuk pada film.
- Pastikan methode proyeksi penyinaran yang diterapkan pada pasien tidak
mengakibatkan (objek) dalam hal ini pasien merasa kurang nyaman sehinngga
pasien cenderung bergerak dan akan mengakibatkan ada jarak/celah antara
fil dengan objek sehingga efek magnifikasi (pembesaran) semakin besar.
- Sebelum melakukan eksposi,
pastikan garis tengah struktur sejajar film tegak lurus dengan
pusat sinar-x (Central Ray/CR).
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain :
i. Selain
perbedaan jenis modalitas (alat pemeriksaan), karakteristik citra radiografi
yang baik dipengaruhi oleh unsur-unsur :
a. Sensitifitas
kontras (contrast sensitivity).
b. Kekaburan
(blurring).
c. Kejernihan
tampak (visual noise).
d. Bercak
(artefak).
e. Detil
bagian (spatial/geometric) characteristic.
ii. Distorsi /
perubahan bentuk & ukuran merupakan faktor yang mempengaruhi detail
daripada citra radiografi, penyebabnya yakni :
a. metode
proyeksi pencitraan medik yang biasa digunakan
b. variasi
magnifikasi (pembesaran) obyek yang berlainan tempat dan arah dari obyek
tersebut terhadap berkas sinar-x
c. jarak
antara garis tengah struktur sejajar film yang tidak tegak lurus dengan
pusat sinar-x (Central Ray/CR)
d. disebabkan
oleh jarak focus-film (FFD), film-objek (FOD)
4.2.
Saran
Beberapa
saran yang ingin kami utarakan menyangkut penyusunan makalah ini antara lain :
· Di dalam
menghasilkan gambar radiografi (foto rontgen), hendaknya seorang radiografer
harus memperhatikan citra gambar yang dihasilkan, karena dengan citra
radiografi yang maximal maka seorang radiologist (dokter) bisa
menegakan diagnosa selanjutnya dengan maximal pula.
· Di dalam
praktek efek distorsi mungkin selalu menghantui citra
radiografi, namun sebagai seorang radiografer yang profesional hendaknya agar
selalu berupaya untuk meminimalisir efek distorsi tersebut,
dalam rangka menghasilkan citra radiografi yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyan B. Suksmono, 2006, Dasar-Dasar
Pencitraan dan Pengolahan Citra Biomedika,Bandung: Sekolah Teknik
Elektro dan Informatika ITB
Anonim, Program Studi D III Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya: FK UNAIR
http://www.puskardim.blogspot.com, 2008, Berkas
Sinar-X dan Pembentukan Gambar, Arif Jauhari
http://www.puskardim.blogspot.com, 2008, Mutu dan
Karakteristik Citra Medik, Arif Jauharihttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQLWG8URxRLZuJuGePjUfhmRjVE54j2v2wv2DlyaZsfH7tdQSzKFCDtdpu5Y6LF4vd5nRcsR19sNfBYBu3HHgsBnaBXWvwITCAd7TWvr9ARh2nP6Kvu_4jp0YFYK27I76i06T7YpxXpAk/s1600-h/1.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar